Bebal
Bacaan: Amos 6: 1-14
Nas: "Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orang-orang yang merasa tenteram di gunung Samaria ...." (Amos 6: 1)
Di tengah-tengah wabah virus, wabah sejagad, Somad dan Udin berdialog. Dengan enteng Somad bertanya, "Memang seserius apa wabah ini sampai kita semua harus nongkrong di rumah terus?" Dengan lagak kocaknya, Udin menjawab, "Bang, klub malam dan tempat judi tutup. Gereja juga tutup. Kalau neraka dan surga saja sudah sepakat untuk hal yang sama, mana ada yang lebih serius memilih itu?" Somad manggut-manggut penuh pengertian.
Amos, nabi Tuhan yang gelisah akibat kondisi bobrok masyarakatnya. Sekaligus ia tidak paham pergerakan politik internasional sezaman, terutama bahaya dari negeri adikuasa, Asyur. Diteriakkannya peringatan bahwa bangsa-bangsa sekitar sudah melemah. Keruntuhannya (ay. 2). Alih-alih waspada, Israel terbuai dalam rasa aman yang palsu. Banyak orang, terutama pemimpin-pemimpin, yang menikmati keamanan semu dalam kenyamanan pribadi (ay. 4-6). Ketidakwaspadaan ini kelak disusul oleh kejatuhan ibukota (Samaria) akibat gempuran Asyur. Teriakan Amos benar, tetapi tidak didengar. Tak ada yang serius menanggapinya.
Ancaman serius terhadap ancaman bahaya, meski bukan berarti kita terus dihantui ketakutan. Terlalu takut tidak baik, namun terlalu santai serba pandang enteng sama tidak terjaga. Apalagi jika ketidakwaspadaan itu bukan hanya sekedar mencelakakan diri sendiri, melainkan sesama sesama. Pemulihan keadaan akan terjadi bencana yang terjadi pada mereka yang peringatan bahaya kian banyak. Sebab mereka mau terjadi sesuatu demi kebersamaanulanginya. Termasuk di antara merekakah kita? Semoga demikian. --PAD / www.renunganharian.net
* * *
JIKA KITA MERASA AMAN BELUM BERARTI KENYATAANNYA
MEMANG AMAN. BISA JADI ITU HANYA SEBENTUK KEBEBALAN.
Komentar
Posting Komentar